Berkembangnya pengetahuan dan teknologi saat ini
berdampak sangat besar, pada perubahan gaya hidup masyarakat, yang berdampak
kurang baik pada kesehatan masyarakat. Gaya hidup yang kurang baik tersebut merupakan
salah satu penyebab munculnya berbagai macam penyakit degeneraif, salah satunya
yaitu hipertensi. Menurut WHO lanjut usia (lansia) adalah kelompok penduduk
yang berumur 60 tahun atau lebih dari 60 tahun,jumlah lansia di Indonesia juga
akan mengalami pertambahan terus menerus setiap tahunnya pada tahun 2014 di
dapatkan data proporsi lansia sebesar 8,1% (WHO, 2015). Berdasarkan kriteria yang dikeluarkan Depkes RI (2006)lansia
(lanjut usia) merupakan seseorang yang karena usianya mengalami perubahan
biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial yang nantinya akan mempengaruhi fungsi
dan kemampuan badan secara keseluruhan. Seseorang dikatakan usia lanjut dini
apabila usianya mencapai 60-64 tahun dan dikatakan lansia berresiko tinggi
untuk menderita berbagai penyakit degeneratif apabila berusia diatas 65 tahun.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 13 tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia, pasal 1ayat 2 yang dimaksud lanjut usia adalah
seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas (Hamid, 2007).
Pola konsumsi pangan yang salah merupakan
salah satu faktor resiko yang dapat menyebabkan hipertensi faktor makanan yang
buruk sebagai penyumbang utama hipertensi (AS, 2010). Kelebihan asupan narium
akan meningkatkan cairan ekstrakseluler yang dapat menyebabkan tekanan darah
mengalami peningkatan tekanan yang lebih besar (Sutanto, 2010). Kelebihan
asupan lemak mengakibatkan kadar lemak dalam tubuh meningkat, terutama
kolesterol yang lalu akan menyebabkan kenaikan berat badan sehingga volume
darah mengalami peningkatan tekanan yang lebih besar (Ramayulis, 2010), hasil
penelitian epidemiologi menemukan bahwa asupankalium, kalsium dan magnesium
dapat menurunkan tekanan darah pada orang yang berresiko hipertesi(Citra,
2009). Kurangnya mengkonsumsi sumber makanan yang mengandung kalium maka akan
mengakibatkan resiko hipertensi (Junaedi dkk, 2013). Asupan zat gizi makro
seperti energi, karbohidrat, protein dan lemak merupakan asupan yang juga harus
dipenuhi oleh tubuh namun dalam jumlah yang cukup, jika asupan energi, lemak
dan karbohidrat berlebih akan berdampak buruk pada tekanan darah seseorang.
Asupan protein yang cukup sangat membantu dalam proses penurunan tekanan darah
pada seseorang yang memiliki hipertensi (Citra, 2009).
Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh
yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas
fisik juga merupakan faktor resiko independen untuk penyakit kronis dan secara
keseluruhan diperkirakan menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010).
Menurut Riskesdas (2007) aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur sangat
bermanfaat dalam mengatur berat badan dan menguatkan sistem jantung dan
pembuluh darah.Studi sebelumnya menyetakan bahwa ada hubungan aktivitas fisik
yang baik dan rutin akan melatih otot jantung dan tahanan perifer yang dapat
mencegah terjadinya peningkatkan darah (Kokinos, 2009). Penelitian (Tompson,
2012), menunjukan bahwa 50% individu dengan tingkat aktivitas fisik yang rendah
mempunyai resiko lebih besar dalam peningkatan simpanan lemak dalam tubuh dan
peningkatan tekanan darahdibandingkan dengan seseorang yang melakukan aktivitas
fisik yang tinggi. Menurut (Leonarld Marvyn dlm Utami, 2008) orang yang kurang
melakukan aktivitas fisik, pengontrolan nafsu makannya sangat labil sehingga
terjadi konsumsi energi yang berlebih mengakibatkan nafsu makan menjadi
bertambah dan dapat menyebabkan obesitas, jika berat badan sudah berlebih maka
akan terjadi peningkatan volume darah.
Konsumsi kopi yang berlebihan juga dapat
menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan darah seseorang, pembatasan konsumsi
kopi dapat menjadi salah satu penanganan untuk menurunkan tekanan darah pada
lansia (Jony, 2008). Ada hubungan antara konsumsi kopi dengan kejadian
hipertensi pada lansia jika frekuensi konsumsi kopi lebih dari sama dengan 3
cangkir setiap harinya. Konsumsi kafein dosis tinggi atau setara dengan 3
cangkir kopi terbukti dapat meningkatkan tekanan darah sistolik sebesar 3-14
mmHg (Monica, 2014). Menurut penelitian yang dilakukan (Hasri, 2012) kopi
menjadi salah satu penyebab terjadinya hipertensi, kopi dapat mempengaruhi
tekanan darah karena dalam kopi terdapat kandungan polifenol dan kafein.
Polifenol bersifat untuk menurunkan tekanan darah namun, kafein dalam kopi
dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah. Penelitian (Zhang,2012) kafein
merupakan kandungan terbesar kopi yang memiliki efek terhadap tekanan darah
secara akut terutama pada proses peningkatan tekanan darah.